28 Juni 2012 pukul 16:39
Kepada
Yth. Sahabatku
Yang tak usahlah kusebutkan namanya
Hihihi. Kawan, hidup memang terkadang terlalu pahit dan rumit.
Apalagi jika sudah berbicara tentang cinta. Cinta terlalu rumit untuk dijabarkan.
Memang tak ada kepastian yang pasti untuk cinta. Wahakadza, tak ada ketidakpastian yang tak pasti untuk cinta.
Rumit, kawan. Relatif kuadrat. Jadi, makan sajalah itu cinta. Hihihi
Sahabatmu yang Nakal
Annas Saepul R.
Dia datang membawa cinta.
Tanamkannya di hati yang tandus.
Lantaran sepinya waktu terus menggerus.
Ah, baru kali ini aku lihat replika surga dari mata seorang hawa.
Tatapan mata yang ajari aku tentang diam--menikmati dan memaknai cinta dengan rasa.
Bukan dengan kata yang pasti hancur berkeping-keping.
Bukan pula dengan lisan yang sering tergesah-gesah, ketika dihampiri cinta.
Dan pena yang selalu kehabisan tintanya untuk jabarkan cinta.
Tapi dengan diam
Dan ternyata, tanpa lidah, cinta jadi lebih indah.
Tapi satu purnama kemudian ia pergi.
Juga dengan diam.
Tanpa kata, tanpa tatap mata.
Tinggalkan hati hanya untuk dicaci!
Dan ternyata, tanpa kata, pedihnya pisah jadi lebih parah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar