24 April 2012 pukul 20:52
Akhirnya aku tulis juga puisi untuk orang yang aku telat untuk mencintainya sepenuh jiwa
Meski aku tahu sudah sangat telat untuk sekedar mengupas karat kesedihan
Ataupun hanya untuk sekedar pamer putihnya gigi
Atau bisa saja mungkin sedih itu sudah menguap digantikan oleh-Nya dengan kebahagiaan yang membuncah karena emas yang terpilih, emas yang ditunggu sudah datang
Tapi izinkanlah aku untuk memaniefestasikan cintaku
Sukorejo, 40 hari sudah berlalu saat Izrail mengepakkan sayapnya, mengantarkan paku bumi yang baru saja dicabutnya pada ketiadaan yang ada
Lihatlah, lihat betapa manusia yang menyemut ikhlas menghirup campuran bau keringat, air mata, liur, ingus, asap knalpot, dan, rokok
Padahal tak sedikit dari mereka yang sama denganku, terlambat mencintainya dengan sepenuh jiwa
Tapi siapa yang sanggup tak mengaku cinta sementara darah hati mengucur deras dimata?
40 hari yang lalu, paku bumi itu mengerang nyawa
Usaikan satu perjuangan perjalanan menuju Dia
Siapa yang percaya?
Ternyata semua percaya manakala bukti menjelma nyata dipelupuk mata
Meski tetap, beberapa saat beberapa hati tak terima
40 hari sudah berlalu sejak Izrail mengepakkan sayapnya
Mengantarkan paku bumi itu pada tempat yang tak ada kanan, kiri, atas, bawah, depan, belakang, kiri, kanan, atas, dan bawah
Tempat yang hanya ada Allahu Ahad
Lihatlah!
Lihat semutan manusia yang derap langkahnya saja bagai hujan rela berdesakan duduk di tanah barokah ini hanya untuk membacakan tahlil dan suratus syarifah
Untuk apa...?
Mereka ingin menunjukkan cintanya...
Dan saat ini aku baru sadar
Mengapa sebagian kecil orang-orang itu begitu besar busungan dadanya
Begitu tinggi tengadah wajahnya
Begitu tak simetris senyum, tegur, dan sapanya
Sementara aku...
Yang aku tahu
Yang aku dengar hanya ia selalu mengelus dada kami
Membendung semua gemuruh gisruh dalam dadanya
Yang aku tahu
Yang aku dengar hanya ia selalu menjaga waktu
Menjaga Qur'an
Menjaga jamaah
Menjaga keluarga
Menjaga senyum muslimin
Menjaga pesantren
Menjaga kantung-kantung air matanya
Menjaga dan menjaga. Dengan ikhlas. Dengan sabar.
Adakah penjaga yang lebih baik?
Maa nansakh min ayatin aw nunsiha na'ti bikhayrin minha aw mitsliha alam ta'lam anna-Allaha 'ala kulli shayin qadyir!
Meski aku tahu sudah sangat telat untuk sekedar mengupas karat kesedihan
Ataupun hanya untuk sekedar pamer putihnya gigi
Atau bisa saja mungkin sedih itu sudah menguap digantikan oleh-Nya dengan kebahagiaan yang membuncah karena emas yang terpilih, emas yang ditunggu sudah datang
Tapi izinkanlah aku untuk memaniefestasikan cintaku
Sukorejo, 40 hari sudah berlalu saat Izrail mengepakkan sayapnya, mengantarkan paku bumi yang baru saja dicabutnya pada ketiadaan yang ada
Lihatlah, lihat betapa manusia yang menyemut ikhlas menghirup campuran bau keringat, air mata, liur, ingus, asap knalpot, dan, rokok
Padahal tak sedikit dari mereka yang sama denganku, terlambat mencintainya dengan sepenuh jiwa
Tapi siapa yang sanggup tak mengaku cinta sementara darah hati mengucur deras dimata?
40 hari yang lalu, paku bumi itu mengerang nyawa
Usaikan satu perjuangan perjalanan menuju Dia
Siapa yang percaya?
Ternyata semua percaya manakala bukti menjelma nyata dipelupuk mata
Meski tetap, beberapa saat beberapa hati tak terima
40 hari sudah berlalu sejak Izrail mengepakkan sayapnya
Mengantarkan paku bumi itu pada tempat yang tak ada kanan, kiri, atas, bawah, depan, belakang, kiri, kanan, atas, dan bawah
Tempat yang hanya ada Allahu Ahad
Lihatlah!
Lihat semutan manusia yang derap langkahnya saja bagai hujan rela berdesakan duduk di tanah barokah ini hanya untuk membacakan tahlil dan suratus syarifah
Untuk apa...?
Mereka ingin menunjukkan cintanya...
Dan saat ini aku baru sadar
Mengapa sebagian kecil orang-orang itu begitu besar busungan dadanya
Begitu tinggi tengadah wajahnya
Begitu tak simetris senyum, tegur, dan sapanya
Sementara aku...
Yang aku tahu
Yang aku dengar hanya ia selalu mengelus dada kami
Membendung semua gemuruh gisruh dalam dadanya
Yang aku tahu
Yang aku dengar hanya ia selalu menjaga waktu
Menjaga Qur'an
Menjaga jamaah
Menjaga keluarga
Menjaga senyum muslimin
Menjaga pesantren
Menjaga kantung-kantung air matanya
Menjaga dan menjaga. Dengan ikhlas. Dengan sabar.
Adakah penjaga yang lebih baik?
Maa nansakh min ayatin aw nunsiha na'ti bikhayrin minha aw mitsliha alam ta'lam anna-Allaha 'ala kulli shayin qadyir!
Selamat Jalan Guruku, semoga engkau diterima di Sisi-Nya dengan segala keindahan-Nya di sebaik-baiknya tempat kembali.
Selamat Jalan Guruku, semoga engkau diterima di Sisi-Nya dengan segala keindahan-Nya di sebaik-baiknya tempat kembali. |