Selasa, 03 September 2013

[7 Wonders] Sade, Surga yang Tersembunyi.



7 WondersApa yang terlintas dipikiran Anda ketika mendengar kata ‘LOMBOK’? Cabaikah? Atau Gunung Rinjani? Yah, kedua hal itu memang yang paling dikenal dari salah satu surga yang terletak di Indonesia. Tapi kali ini kita arahkan pandangan kita pada salah satu dari tujuh surga yang tersembunyi di Indonesia. Surga yang satu ini ber-title ‘Desa Adat’ di Kecamatan Rambitan, Lombok Tengah—Desa Sade.

Dari kejauhan, rumah-rumah beratap ilalang terhampar bertumpuk rapih berjajar, nampak asap tipis mengepul menari-nari diudara, hijaunya areal persawahan di sekitar rumah, sekumpulan orang berlalu-lalang dengan mengenakan pakaian sederhana khas Sasak, anak-anak kecil berlari kecil, sekelompok turis lokal dan asing sibuk memperhatikan Guide dan beberapa sibuk dengan SLR di tangan. Dan semakin dekat ada ‘prasasti’ yang menyambut kedatangan pengunjung, prasasti itu juga sedikit bisa berbahasa Inggris!

Selamat Datang (Welcome) di Desa Sasak Sade|Sumber: Google




Asri sekali!|Sumber: Google
Pada umumnya, pekerjaan pokok para penduduk Desa Sade adalah bertani. Dan khusus para wanita, kebanyakan dari mereka mengolah kapas menjadi benang untuk kemudian ditenun atau ‘disulap’ menjadi kain, kain songket, selendang, dan lain-lain. Namun, untuk kain songket, tidak semua wanita boleh melakukanya, menurut warga Desa Sade hanya mereka yang direstui bidadarilah yang boleh melakukanya. Berdasarkan kepercayaan warga, menenun adalah warisan dari bidadari spesial untuk para wanitanya saja. Jika ada seorang pria yang menenun ia—konon—akan terkena penyakit. Tak usah sampai tuntas menenun, ketika memulainya saja pria yang memenun akan merasa pusing, meriang, sampai berkeringat dingin. Terlepas dari itu, hasil tenunan dan kerajinan tangan lainya inilah yang menjadi pundi-pundi rupiah para warga Desa Sade. 

Mereka ini yang konon direstui oleh bidadari|Sumber: Google

Jangan pulang dar Desa Sade tanpa membawa barang bukti, atau Anda akan disebut 'Pembohong'|Sumber: Google

Jika di Jawa, Gus, adalah sebutan untuk anak dari seorang Kiai—atau Lora di Madura—maka gelar kebangsawanan untuk anak prempuan dari keluarga terhormat di Lombok adalah Baiq. Contoh, Baiq Desi Wilastri. Sedangkan untuk pria adalah Lalu. Contoh, Lalu Yoga Vandita.


Dan berikut ini, dikhususkan untuk para pejantan tangguh—Presean!

Presean adalah budaya simbol kejantanan  pemuda Suku Sasak. Acara ini berupa pertarungan dua lelaki Sasak bersenjatakan tongkat rotan yang disebut penyalin serta berperisai kulit kerbau tebal dan keras yang disebut ende. Petarung disebut pepadu dan wasit pinggir disebut pakembar sedi dan wasit tengah disebut pekembar.

Pakembar|Sumber: Google

Presean ini bermula hanya upacara adat dari luapan emosi para prajurit jaman kerajaan dulu sehabis mengalahkan lawan di medan perang. Presean ini sudah dikenal dengan masyrakat sejak lama, hingga akhirnya dilestarikan sampai saat ini menjadi hiburan perayaan yang diadakan setiap Bulan Agustus. Presean ini sangat unik ketika dipadukan gaya bela diri yang dipragakan oleh para pepadu.

Dua Pepadu yang beradu-Presean|Sumber: Google


Hanya mengunakan celana atau sarung tanpa baju dan sebuah penyalin di tangan kanan serta sebuah ende di tangan kiri, dua orang pemuda yang berada di hadapan ratusan penonoton saling mengadu ketangkasan. Sembari diiringi dengan musik khas Sasak, pepadu menyerang dan menghalau lawan dengan penyalin tanpa rasa cemas atau takut.  Uniknya Presean ini, para peserta tidak pernah disiapkan, para penonton yang berminat bisa ikut serta menjadi pepadu.

Peraturanya adalah tidak boleh memukul bagian bawah perut. Kalau pepadu terserang di bagian kepala sampai mengeluarkan darah, dianggap kalah. Tak boleh lagi dilanjutkan, meskipun belum menyerah!



Adat perkawinan di Desa Sade ini—yang dulu sempat saya dengar dari teman sekamar saya yang berasal dari Mataram—sangatlah lucu dan tidak biasa. Di sini, jika pemuda ingin menikah dengan gadis pujaan hatinya ia harus ‘menculik’ gadis itu dimalam hari! Dalam bahasa lokal, disebut dengan merarik. Si Pemuda harus ‘menculik’ gadis pujaan hatinya, kemudian kesokan harinya barulah ada utusan dari pihak calon pengantin pria yang merundingkan urusan selanjutnya. Setelah tercapai kata sepakat, maka pernikahan bisa dilangsungkan. Pesta pernikahan akan digelar secara adat Sasak—prosesinya disebut nyongkolan. Alasan kenapa saya memberi tanda kutip pada kata menculik adalah—apa masih memungkinkan untuk disebut menculik jika Si Calon Pengantin Pria dan Calon Pengantin Wanita sudah melakukan suatu konspirasi terlebih dahulu karena saling mencintai dan harus sesuai adat untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius? Ya, begitulah adat, harus tetap dihormati dan dijalani sepenuh hati.
 
Kapan nyusul?|Sumber: Google

Lain daripada itu, ada banyak nilai-nilai tradisional yang menyejukan hati di Desa ini. Dari hal penerangan, meskipun sudah dimasuki listrik, warga Desa Sade menggunakan kulit kerang, sumbu, dan minyak kelapa yang dimodifikasi sedemikian rupa menjadi lampu. Memasak menggunakan tungku dan priuk dari tanah liat. Dan ciri khas WNI lainya yang selalu ditanamkan ketika SD, gotong royong!

Indah itu sederhana|Sumber: Google
Gotong royong|Sumber: Google


Satu hal lagi yang unik dari Desa Sade, yaitu rumah adatnya yang disebut bale. Menurut sumber yang terpercaya, ada delapan bale yaitu Bale Tani, Jajar Sekenam, Bonter, Beleq, Berugag, Tajuk dan Bencingah. Bale-bale itu dibedakan berdasarkan fungsinya. Jaman dahulu ketika belum ada plester semen, orang Sasak Sade mengoleskan kotoran kerbau di alas rumah. Namun saat ini sebagian dari warga Desa Sade menggunakan semen terlebih dulu, baru kemudian diolesi kotoran kerbau. Konon, dengan cara begitu lantai rumah dipercaya lebih hangat dan dijauhi nyamuk. Bayangkan saja, kotoran itu tidak dicampur apa pun kecuali sedikit air. Tapi saat Anda memasuki bale-bale itu, tak akan ada sedikitpun bau aneh yang tercium. Ah, orang Sasak Sade memang jenius!


Salah satu Bale|Sumber: Google
Ini foto hasil Photographer berbakat yang saya temukan di google|Bangunan yang sudah mulai modern di Desa Sade, berspeaker!

Tidak ada tarif khusus yang dipasang untuk kunjungan ke Desa Sade ini, namun, wisatawan diharuskan mengisi semacam daftar hadir dipintu masuk dan—bagi yang baik hatinya—bisa menyisihkan uang ditempat khusus yang disediakan ditempat khusus untuk kemudian dikelola seperlunya oleh warga Desa Sade.

Ada beragam opsi untuk Anda yang ingin mengakses Desa Sade, Anda bisa menyewa kendaraan pribadi seperti motor atau mobil—jika Anda berserta keluarga atau sahabat ingin menyewa mobil usahakan untuk mendapatkan Daihatsu Terios karena selain suspensinya nyaman dirasakan ada AC Double Blower pula, dan mobil ini disebut-sebut Daihatsu bertipe Family SUV. Namun jika ingin mencoba dengan kendaraan umum, Anda bisa mencari angkutan umum menuju Praya di Terminal Bertais, kemudian dilanjutkan lagi dengan angkutan umum menuju Sade, Rambitan dari Terminal Praya. Dan bagi Anda yang budget-nya tidak mencukupi, Anda bisa mengunjungi Desa Sade sepuasnya melalui mesin pencari seperti google, bing, dan yang lainya. Jika dahulu cukup dengan satu dayung maka dua pulau terlampaui, saat ini cukup dengan satu smartphone sedunia terjelajahi!

Artikel ini tentunya dirasa kurang, maka saya sarankan untuk membaca artikel dan ulasan menarik lainya di VIVA.co.id atau VIVAlog. Terima kasih...[ans/13]



  *Artikel ini diikutkan lomba Blog "JELAJAH 7 KEAJAIBAN NUSANTARA" yang diselenggarakan oleh VIVA.co.id bersama Daihatsu.
    *Informasi selengkapnya klik www.Daihatsu.co.id/terios7wonders/
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar