7 Wonders—Apa yang terlintas dipikiran Anda
ketika mendengar kata ‘LOMBOK’? Cabaikah? Atau Gunung Rinjani? Yah, kedua hal
itu memang yang paling dikenal dari salah satu surga yang terletak di Indonesia.
Tapi kali ini kita arahkan pandangan kita pada salah satu dari tujuh surga yang tersembunyi
di Indonesia. Surga yang satu ini ber-title ‘Desa Adat’ di Kecamatan Rambitan, Lombok Tengah—Desa Sade.
Dari kejauhan, rumah-rumah
beratap ilalang terhampar bertumpuk rapih berjajar, nampak asap tipis mengepul
menari-nari diudara, hijaunya areal persawahan di sekitar rumah, sekumpulan
orang berlalu-lalang dengan mengenakan pakaian sederhana khas Sasak, anak-anak
kecil berlari kecil, sekelompok turis lokal dan asing sibuk memperhatikan Guide
dan beberapa sibuk dengan SLR di tangan. Dan semakin dekat ada ‘prasasti’ yang
menyambut kedatangan pengunjung, prasasti itu juga sedikit bisa
berbahasa Inggris!
Selamat Datang (Welcome) di Desa Sasak Sade|Sumber: Google |
Asri sekali!|Sumber: Google |
Pada umumnya, pekerjaan pokok
para penduduk Desa Sade adalah bertani. Dan khusus para wanita, kebanyakan dari mereka mengolah kapas
menjadi benang untuk kemudian ditenun atau ‘disulap’ menjadi kain, kain
songket, selendang, dan lain-lain. Namun, untuk kain songket, tidak semua wanita boleh
melakukanya, menurut warga Desa Sade hanya mereka yang direstui bidadarilah
yang boleh melakukanya. Berdasarkan kepercayaan warga, menenun adalah warisan
dari bidadari spesial untuk para wanitanya saja. Jika ada seorang pria yang
menenun ia—konon—akan terkena penyakit. Tak usah sampai tuntas menenun, ketika
memulainya saja pria yang memenun akan merasa pusing, meriang, sampai
berkeringat dingin. Terlepas dari itu, hasil tenunan dan kerajinan tangan lainya inilah yang
menjadi pundi-pundi rupiah para warga Desa Sade.
Mereka ini yang konon direstui oleh bidadari|Sumber: Google |
Jangan pulang dar Desa Sade tanpa membawa barang bukti, atau Anda akan disebut 'Pembohong'|Sumber: Google |
Jika di Jawa, Gus, adalah
sebutan untuk anak dari seorang Kiai—atau Lora di Madura—maka gelar kebangsawanan
untuk anak prempuan dari keluarga terhormat di Lombok adalah Baiq. Contoh, Baiq
Desi Wilastri. Sedangkan untuk pria adalah Lalu. Contoh, Lalu Yoga Vandita.
Dan berikut ini, dikhususkan
untuk para pejantan tangguh—Presean!
Presean adalah budaya simbol
kejantanan pemuda Suku Sasak. Acara ini berupa pertarungan dua lelaki
Sasak bersenjatakan tongkat rotan yang disebut penyalin serta berperisai kulit kerbau tebal dan keras yang disebut
ende. Petarung disebut pepadu dan wasit pinggir disebut pakembar sedi dan wasit tengah disebut pekembar.
Pakembar|Sumber: Google |
Presean ini bermula hanya upacara
adat dari luapan emosi para prajurit jaman kerajaan dulu sehabis mengalahkan
lawan di medan perang. Presean ini sudah dikenal dengan masyrakat sejak lama,
hingga akhirnya dilestarikan sampai saat ini menjadi hiburan perayaan yang
diadakan setiap Bulan Agustus. Presean ini sangat unik ketika dipadukan gaya
bela diri yang dipragakan oleh para pepadu.
Dua Pepadu yang beradu-Presean|Sumber: Google |
Hanya mengunakan celana atau sarung
tanpa baju dan sebuah penyalin di
tangan kanan serta sebuah ende di
tangan kiri, dua orang pemuda yang berada di hadapan ratusan penonoton saling
mengadu ketangkasan. Sembari diiringi dengan musik khas Sasak, pepadu menyerang
dan menghalau lawan dengan penyalin
tanpa rasa cemas atau takut. Uniknya
Presean ini, para peserta tidak pernah disiapkan, para penonton yang berminat
bisa ikut serta menjadi pepadu.
Peraturanya adalah tidak boleh
memukul bagian bawah perut. Kalau pepadu terserang
di bagian kepala sampai mengeluarkan darah, dianggap kalah. Tak boleh lagi
dilanjutkan, meskipun belum menyerah!
Adat perkawinan di Desa Sade
ini—yang dulu sempat saya dengar dari teman sekamar saya yang berasal dari Mataram—sangatlah lucu dan tidak biasa. Di sini, jika pemuda ingin menikah
dengan gadis pujaan hatinya ia harus ‘menculik’ gadis itu dimalam hari! Dalam
bahasa lokal, disebut dengan merarik. Si Pemuda harus ‘menculik’ gadis pujaan
hatinya, kemudian kesokan harinya barulah ada utusan dari pihak calon pengantin
pria yang merundingkan urusan selanjutnya. Setelah tercapai kata sepakat, maka
pernikahan bisa dilangsungkan. Pesta pernikahan akan digelar secara adat
Sasak—prosesinya disebut nyongkolan. Alasan kenapa saya memberi tanda kutip
pada kata menculik adalah—apa masih memungkinkan untuk disebut menculik jika Si
Calon Pengantin Pria dan Calon Pengantin Wanita sudah melakukan suatu
konspirasi terlebih dahulu karena saling mencintai dan harus sesuai adat untuk
melangkah ke jenjang yang lebih serius? Ya, begitulah adat, harus tetap dihormati
dan dijalani sepenuh hati.
Kapan nyusul?|Sumber: Google |
Lain daripada itu, ada banyak
nilai-nilai tradisional yang menyejukan hati di Desa ini. Dari hal penerangan, meskipun sudah dimasuki listrik,
warga Desa Sade menggunakan kulit kerang, sumbu, dan minyak kelapa yang
dimodifikasi sedemikian rupa menjadi lampu. Memasak menggunakan tungku dan
priuk dari tanah liat. Dan ciri khas WNI lainya yang selalu ditanamkan ketika SD,
gotong royong!
Indah itu sederhana|Sumber: Google |
Gotong royong|Sumber: Google |
Satu hal lagi yang unik dari Desa
Sade, yaitu rumah adatnya yang disebut bale. Menurut sumber yang terpercaya,
ada delapan bale yaitu Bale Tani, Jajar Sekenam, Bonter, Beleq, Berugag, Tajuk
dan Bencingah. Bale-bale itu dibedakan berdasarkan fungsinya. Jaman dahulu
ketika belum ada plester semen, orang Sasak Sade mengoleskan kotoran kerbau di
alas rumah. Namun saat ini sebagian dari warga Desa Sade menggunakan semen terlebih
dulu, baru kemudian diolesi kotoran kerbau. Konon, dengan cara begitu lantai
rumah dipercaya lebih hangat dan dijauhi nyamuk. Bayangkan saja, kotoran itu
tidak dicampur apa pun kecuali sedikit air. Tapi saat Anda memasuki bale-bale itu, tak akan ada sedikitpun bau aneh yang tercium. Ah, orang
Sasak Sade memang jenius!
Salah satu Bale|Sumber: Google |
Ini foto hasil Photographer berbakat yang saya temukan di google|Bangunan yang sudah mulai modern di Desa Sade, berspeaker! |
Tidak ada tarif khusus yang
dipasang untuk kunjungan ke Desa Sade ini, namun, wisatawan diharuskan mengisi
semacam daftar hadir dipintu masuk dan—bagi yang baik hatinya—bisa menyisihkan
uang ditempat khusus yang disediakan ditempat khusus untuk kemudian dikelola
seperlunya oleh warga Desa Sade.
Ada beragam opsi untuk Anda yang
ingin mengakses Desa Sade, Anda bisa menyewa kendaraan pribadi seperti motor
atau mobil—jika Anda berserta keluarga atau sahabat ingin menyewa mobil
usahakan untuk mendapatkan Daihatsu Terios karena selain suspensinya nyaman
dirasakan ada AC Double Blower pula, dan mobil ini disebut-sebut Daihatsu
bertipe Family SUV. Namun jika ingin mencoba dengan kendaraan umum, Anda bisa
mencari angkutan umum menuju Praya di Terminal Bertais, kemudian dilanjutkan
lagi dengan angkutan umum menuju Sade, Rambitan dari Terminal Praya. Dan bagi
Anda yang budget-nya tidak mencukupi,
Anda bisa mengunjungi Desa Sade sepuasnya melalui mesin pencari seperti google,
bing, dan yang lainya. Jika dahulu cukup dengan satu dayung maka dua pulau
terlampaui, saat ini cukup dengan satu smartphone sedunia terjelajahi!
Artikel ini tentunya dirasa
kurang, maka saya sarankan untuk membaca artikel dan ulasan menarik lainya di VIVA.co.id atau VIVAlog. Terima kasih...[ans/13]
*Artikel ini diikutkan lomba Blog "JELAJAH 7 KEAJAIBAN NUSANTARA" yang diselenggarakan oleh VIVA.co.id bersama Daihatsu.*Informasi selengkapnya klik www.Daihatsu.co.id/terios7wonders/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar